Traveling Blog by Aden: Adam Alaihissalam Manusia Pertama Atau Bukan?

Friday, July 9, 2021

Adam Alaihissalam Manusia Pertama Atau Bukan?

“Pohon terlarang” dapat juga diartikan perintah-perintah yang menetapkan beberapa benda tertentu dilarang bagi Adam dan istrinya. “kalimah yang baik” diumpamakan sebagai “pohon baik” dalam Al-Qur’an (QS.14:25) dan “kalimah buruk” sebagai “pohon jahat” (QS.14:27) 

وَ یٰۤاٰدَمُ اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ فَتَکُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۲۰﴾ 
“Dan, hai Adam! Tinggallah engkau dan istri engkau di dalam kebun [955A] ini, lalu makan dan minumlah dari mana pun kamu berdua suka,[956] tetapi janganlah mendekati pohon terlarang ini, [957] maka jika kamu berdua dekati kamu akan termasuk di antara orang-orang aniaya.”(Al-A’raf:20)

 فَوَسۡوَسَ لَہُمَا الشَّیۡطٰنُ لِیُبۡدِیَ لَہُمَا مَا وٗرِیَ عَنۡہُمَا مِنۡ سَوۡاٰتِہِمَا وَ قَالَ مَا نَہٰکُمَا رَبُّکُمَا عَنۡ ہٰذِہِ الشَّجَرَۃِ اِلَّاۤ اَنۡ تَکُوۡنَا مَلَکَیۡنِ اَوۡ تَکُوۡنَا مِنَ الۡخٰلِدِیۡنَ ﴿۲۱﴾ Tetapi setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya itu supaya ia dapat menampakkan kepada keduanya aurat [957A] mereka yang tersembunyi dari keduanya itu, dan ia berkata, “Tuhanmu melarang kamu dari pohon ini tidak lain agar kamu tidak menjadi malaikat atau menjadi orang-orang yang hidup kekal.”(Al-A’raf:21) 

وَ قَاسَمَہُمَاۤ اِنِّیۡ لَکُمَا لَمِنَ النّٰصِحِیۡنَ ﴿ۙ۲۲﴾ 
Dan ia bersumpah kepada keduanya itu dengan mengatakan, “Sungguh aku penasihat bagi kamu berdua.”(Al-A’raf:22) 

فَدَلّٰٮہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا یَخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰٮہُمَا رَبُّہُمَاۤ اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ تِلۡکُمَا الشَّجَرَۃِ وَ اَقُلۡ لَّکُمَاۤ اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿۲۳﴾ Lalu, ia menjerumuskan keduanya itu dengan tipu daya. Maka tatkala keduanya mencicipi buah pohon itu, tampaklah kepada keduanya aurat [958] mereka dan mulailah keduanya menutupi diri mereka dengan daun-daun surga. [959] Dan Tuhan mereka menyeru keduanya dengan berfirman, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua mendekati pohon itu dan Aku telah katakan kepada kamu berdua sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?”(Al-A’raf:23)

 قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ اَنۡفُسَنَا ٜ وَ اِنۡ لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَ تَرۡحَمۡنَا لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿
۲۴﴾ 
Keduanya berkata, ”Wahai Tuhan kami, kami telah berlaku aniaya terhadap diri kami, [960] dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihi kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi.”(Al-A’raf:24) 

قَالَ اہۡبِطُوۡا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ وَ لَکُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّ مَتَاعٌ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿
۲۵﴾ 
Tuhan berfirman, ”Pergilah kamu semua dari sini,[961] sebagian kamu adalah musuh bagi sebagian lain. Dan bagimu di bumi ini tersedia tempat tinggal dan perbekalan hidup sampai masa tertentu.”(Al-A’raf:25) 

قَالَ فِیۡہَا تَحۡیَوۡنَ وَ فِیۡہَا تَمُوۡتُوۡنَ وَ مِنۡہَا تُخۡرَجُوۡنَ ﴿٪۲۶﴾ 
Dia berfirman, ”Di situlah kamu akan hidup dan di situlah kamu akan mati, dan darinya kamu akan dikeluarkan.”[962](Al-A’raf:26) 

یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ قَدۡ اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکُمۡ لِبَاسًا یُّوَارِیۡ سَوۡاٰتِکُمۡ وَ رِیۡشًا ؕ وَ لِبَاسُ التَّقۡوٰی ۙ ذٰلِکَ خَیۡرٌ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ لَعَلَّہُمۡ یَذَّکَّرُوۡنَ ﴿۲۷﴾ Wahai Bani Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan sebagai perhiasan, dan pakaian takwa [963] itulah yang terbaik. Yang demikian itu adalah sebagian dari hukum-hukum Allah, supaya mereka mendapat nasihat.(Al-A’raf:27)

 یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ لَا یَفۡتِنَنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ کَمَاۤ اَخۡرَجَ اَبَوَیۡکُمۡ مِّنَ الۡجَنَّۃِ یَنۡزِعُ عَنۡہُمَا لِبَاسَہُمَا لِیُرِیَہُمَا سَوۡاٰتِہِمَا ؕ اِنَّہٗ یَرٰٮکُمۡ ہُوَ وَ قَبِیۡلُہٗ مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَہُمۡ ؕ اِنَّا جَعَلۡنَا الشَّیٰطِیۡنَ اَوۡلِیَآءَ لِلَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿۲۸﴾ 
Wahai Bani Adam, janganlah kamu biarkan setan menggodamu sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari kebun, ia menanggalkan pakaian keduanya itu untuk menampakkan kepada kedua mereka auratnya. Sesungguhnya ia dan suku bangsa-nya melihatmu dari tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. [964] Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu sahabat bagi orang-orang yang tidak beriman(Al-A’raf:28) 

Catatan: 
[955A] Ungkapan “makanlah darinya sepuas hati di mana pun kamu berdua suka” menunjukkan bahwa tempat Adam As tinggal, belum berada di bawah kekuasaan hukum seseorang, dan merupakan apa yang dapat disebut “Tanah Tuhan” yang diberikan kepada Adam As dan oleh karena itu seolaholah dijadikan yang empunya semua tanah yang dijelajahinya. 

[956] Ini menunjukkan bahwa segala barang itu halal kecuali apa yang diharamkan karena bisa merugikan jasmani atau rohani manusia. 

[957] “Pohon terlarang” dapat juga diartikan perintah-perintah yang menetapkan beberapa benda tertentu dilarang bagi Adam dan istrinya. “kalimah yang baik” diumpamakan sebagai “pohon baik” dalam Al-Qur’an (QS.14:25) dan “kalimah buruk” sebagai “pohon jahat” (QS.14:27). 

[957A] Sementara pikiran-pikiran jahat pada akhirnya menjuruskan seseorang kepada kehancuran, maka pikiran-pikiran jahat itu pun menampakkan kepada dia kelemahan-kelemahan dirinya. Karena tempat ketika Adam As disuruh tinggal digambarkan secara tamsil dalam Al-Qur’an sebagai “kebun,” oleh sebab itu dalam gambaran berikutnya tamsil itu dilanjutkan. Adam As digambarkan sebagai dilarang mendekati “pohon” tertentu yang bukan pohon dalam arti kata harfiah dan fisik, melainkan suatu keluarga atau suku tertentu. Kepada beliau diperintahkan supaya menjauhi keluarga atau suku itu, sebab anggota-anggota keluarga atau suku tersebut adalah musuh beliau dan mereka itu niscaya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mencelakakan beliau. 

[958] Kata Sayy’ah yang berarti tiap ucapan atau kebiasaan atau perbuatan jahat, kotor, tidak senonoh atau menjijikkan yang orang biasanya ingin menyembunyikan; aurat; ketelanjangan (Lane), di sini dipergunakan dalam artian “aurat” atau “kelemahan”, sebab tidak ada aurat manusia yang tersembunyi daripadanya. Beberapa kelemahan Adam As sungguh tersembunyi darinya dan ia baru menyadari hal itu ketika musuh-musuh membujuk ia agar keluar dari kedudukannya yang aman. Tiap-tiap orang mempunyai beberapa kelemahan tertentu yang bahkan tersembunyi dari dirinya sendiri, tetapi menjadi terbuka pada saat genting dan tegang atau bila ia digoda dan dicoba. Jadi ketika Adam As tergoda dan terpedaya oleh setan barulah ia menjadi sadar akan beberapa kelemahan fitrinya. Al-Qur’an tidak mengatakan bahwa kelemahan Adam As dan istrinya diketahui orang lain, melainkan mereka sendiri menjadi sadar akan kelemahan-kelemahan mereka itu.
 
[959] Waraq berarti: bagian terbaik lagi segar dari sesuatu; kaum muda dalam masyarakat (Lisān), menunjukkan bahwa tatkala setan berhasil menimbulkan perpecahan dalam masyarakat, Adam As dan beberapa anggota jemaat ia yang lemah telah keluar dari lingkungan itu; maka, ia menghimpun Aurāq (daun-daun) dari taman itu, yakni, pemuda-pemuda dalam jemaat itu, dan mulai mempersatukan serta menertibkan kembali kaumnya dengan pertolongan mereka. Pada umumnya pemudalah yang, disebabkan kebanyakan mereka bebas dari prarasa-prarasa dan prasangka-prasangka, mengikuti dan menolong nabi-nabi Allah (QS.10:84). Makhluk yang dikemukakan oleh Al-Qur’an telah menolak sujud kepada Adam As disebut Iblis, sedang makhluk yang menggodanya disebut Syaitān. Perbedaan ini tidak hanya nampak dalam ayat yang sedang ditafsirkan, tetapi juga dalam semua ayat yang berhubungan dengan masalah itu dalam seluruh Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa sejauh hal yang menyangkut kisah ini Syaitān dan Iblis adalah dua pribadi yang berlainan. Pada hakikatnya, kata Syaitān tidak hanya digunakan terhadap ruh-ruh jahat saja, tetapi juga terhadap manusia yang disebabkan oleh watak jahat dan amal-amal buruk mereka seolah-olah menjadi penjelmaan Syaitān. Syaitān yang menggoda Adam As dan menyebabkan ia tergelincir itu bukan ruh jahat yang tidak nampak, melainkan manusia yang berdaging dan berdarah, bersifat jahat, yaitu Syaitān dari kalangan manusia, penjelmaan Syaitān dan tangan-tangan iblis. Ia termasuk anggota keluarga yang mengenainya Adam As telah diperintahkan supaya menghindar. Rasulullah Saw diriwayatkan bersabda bahwa nama orang itu Harits (Tirmidzi, bab tafsir), hal itu merupakan satu bukti lagi bahwa ia seorang manusia dan bukan ruh jahat. 

[960] Adam As segera menyadari kekeliruannya lalu cepat-cepat kembali rujuk kepada Allah Swt, bertaubat. Sesungguhnya kesalahan Adam As terletak pada anggapannya bahwa “manusia Syaitān” itu bermaksud baik, sungguhpun Allah Swt telah memperingatkan dirinya agar jangan berurusan dengan orang itu. 

[961] Ayat ini menunjukkan bahwa Adam As diperintahkan supaya berhijrah dari tanah tumpah darahnya, sebab suasana permusuhan dan benci-membenci telah tumbuh di tengah berbagai anggota jemaatnya. Hal itu merupakan bukti lebih lanjut tentang kenyataan bahwa “kebun” yang daripadanya Adam As keluar itu, bukanlah surga. Rupa-rupanya Adam As berhijrah dari Mesopotamia, tanah kelahirannya, ke negeri yang berdekatan. Hijrah itu barangkali bersifat sementara dan ia agaknya telah kembali lagi ke negeri tempat asal tak lama sesudah itu. Sungguh, kata-kata “Perbekalan hidup sampai masa tertentu,” mengandung isyarat halus tentang hijrah yang bersifat sementara itu. Adam As diperingatkan dalam ayat ini agar berhatihati di masa depan, sebab adalah di tanah air sendirilah ia harus tinggal untuk selama-lamanya. 

[962] Jika diartikan secara umum ayat ini mengisyaratkan bahwa tak ada manusia dapat naik ke langit dengan tubuh kasarnya. Manusia harus hidup dan mati di bumi ini juga. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai ini lihat catatan no. [2934] pada ayat 34 surah Al-Rahmān (Pent.). 

[963] Dengan pakaian “takwa” itulah Adam As menutupi “aurat” dalam “kebun.” [964] Ruh jahat yang disebut Syaitān (setan) dan mereka yang sebangsanya, pada umumnya tak nampak oleh mata. Mereka mempergunakan pengaruh secara tidak nampak dan mencari-cari kelemahan-kelemahan tersembunyi pada diri manusia agar dapat membuatnya tetap mengumbar kelakuan jahatnya. Allah Swt telah menciptakan setan hanya sebagai ujian bagi manusia. setan berlaku sebagai perintang dalam perlombaan rohani yang sedang dihadapi manusia. Perintang-perintang itu dimaksudkan tidak sebagai penghambat melainkan untuk menciptakan persaingan dalam perlombaan itu dan melipatgandakan upaya mereka. Mereka yang tidak berhati-hati dan lalai, yaitu mereka yang tergelincir karena rintangan-rintangan itu dan kemudian kalah dalam perlombaan, harus menyesali diri mereka sendiri dan jangan menyalahkan orang atau orang-orang yang menempatkan perintangperintang di jalan mereka untuk mencoba dan menguji ketabahan mereka.

No comments:

Post a Comment